BAB 8 Data Center dan Infrastruktur Fisik

 


2.1. Konsep Arsitektur Data Center Modern

Data center modern merupakan tulang punggung dari infrastruktur TI yang mendukung berbagai layanan dan aplikasi digital. Arsitektur jaringan di data center memainkan peran krusial dalam memastikan kinerja, keamanan, dan skalabilitas yang optimal.

 Arsitektur data center modern dirancang untuk menjawab tantangan operasional yang semakin kompleks, serta mendukung kebutuhan organisasi yang berkembang pesat. Desain yang baik akan memastikan data center dapat beroperasi secara efektif, efisien, dan scalable. Terdapat beberapa elemen utama dalam arsitektur data center modern, yaitu:.

A. Server dan Storage: Menyimpan dan memproses data dalam jumlah besar.

B. Jaringan (Networking): Menghubungkan berbagai perangkat dalam data center agar dapat berkomunikasi dengan cepat dan aman.

C. Sistem Daya: Menyediakan pasokan listrik yang stabil dengan backup dari UPS dan generator

D. Sistem Pendinginan: Mengontrol suhu untuk menjaga kinerja perangkat keras.

E. Keamanan Fisik: Meliputi akses terbatas, pengawasan CCTV, dan sensor lingkungan

2.2. Manajemen Energi dan Pendinginan Data Center

 Manajemen energi dan sistem pendinginan yang efisien dalam data center sangat penting untuk mengurangi konsumsi daya, meningkatkan kinerja operasional, dan menekan biaya operasional. Dengan meningkatnya kebutuhan komputasi dan penyimpanan data, strategi ini menjadi prioritas utama dalam menerapkan green computing.

Menurut Patel & Sharma (2020), konsumsi energi dalam data center merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi industri TI. Data

center modern menerapkan beberapa strategi untuk meningkatkan efisiensi energi, di antaranya:

A. Cold Aisle dan Hot Aisle Containment: Sistem ini mengelola aliran udara panas dan dingin agar tidak bercampur, sehingga pendinginan lebih efisien.

B. Liquid Cooling: Menggunakan cairan sebagai media pendinginan yang lebih efektif dibandingkan dengan pendinginan berbasis udara.

C. Energi Terbarukan: Pemanfaatan tenaga surya dan angin sebagai sumber daya listrik alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada listrik konvensional.

 2.3. High Availability dan Redundansi Sistem dalam Data Center

A. High Availability

High availability mengacu pada kemampuan suatu sistem untuk tetap beroperasi secara kontinu tanpa mengalami kegagalan dalam periode yang telah ditentukan. Konsep ini memastikan bahwa sistem dapat memenuhi standar kinerja operasional yang telah disepakati.

Menurut Smith (2021) dalam bukunya High Availability and Disaster Recovery Strategies, high availability adalah pendekatan dalam perancangan sistem yang bertujuan untuk mengurangi waktu henti (downtime) dengan mendistribusikan beban kerja serta menyediakan sumber daya cadangan.

B. Redundansi Sistem

Redundansi sistem merupakan teknik yang digunakan dalam pusat data dan infrastruktur TI untuk menyediakan komponen cadangan yang siap menggantikan komponen utama jika terjadi kegagalan. Tujuan utama dari redundansi adalah meningkatkan keandalan sistem dan menjamin ketersediaan layanan.

Schneider (2019) dalam Principles of Fault-Tolerant Design menjelaskan bahwa redundansi adalah elemen kunci dalam perancangan sistem yang toleran terhadap kesalahan (fault-tolerant), sehingga kegagalan pada satu komponen tidak menyebabkan gangguan total pada sistem.

High availability dan redundansi saling berkaitan dalam memastikan layanan TI tetap berjalan tanpa hambatan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, organisasi dapat mengurangi risiko downtime dan meningkatkan keandalan operasional sistem mereka.

2.4 . Disaster Recovery dan Business Continuity Plan

Disaster Recovery (DR) adalah rencana dan langkah-langkah yang diterapkan untuk memulihkan sistem TI, data, dan operasional bisnis setelah terjadinya gangguan besar, seperti bencana alam, serangan siber, atau kerusakan sistem. Sementara itu, Business Continuity Plan (BCP) adalah serangkaian strategi yang bertujuan untuk memastikan kelangsungan operasional bisnis meskipun terjadi gangguan atau bencana.

Baik DR maupun BCP memiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan data center dapat kembali berfungsi dengan cepat setelah gangguan terjadi.

   Menurut IBM (2022), beberapa strategi utama dalam DR dan BCP meliputi:

A. Backup dan Restore: Melakukan pencadangan data secara rutin di lokasi terpisah.

B. Georedundancy: Menyediakan data center cadangan di lokasi lain untuk mengurangi dampak bencana alam atau kegagalan infrastruktur.

C. Uji Coba Berkala: Melakukan simulasi skenario bencana secara berkala untuk memastikan kesiapan sistem dalam menghadapi gangguan.

2.5. Green Computing dan Efisiensi Energi

Green computing, atau komputasi hijau, adalah suatu konsep dalam dunia teknologi informasi yang bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya komputasi secara efisien dengan cara yang ramah lingkungan. Fokus utama dari green computing adalah untuk mengurangi penggunaan energi, mengurangi limbah elektronik, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya komputasi demi mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

  Menurut Murugesan (2018), beberapa pendekatan utama dalam green computing meliputi:

A. Virtualisasi: Mengurangi jumlah perangkat fisik dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.

B. Penghematan Energi Perangkat: Menggunakan perangkat keras yang efisien dalam hal konsumsi energi untuk mengurangi penggunaan daya.

C. Daur Ulang Perangkat Keras: Mengurangi limbah elektronik dengan mendaur ulang perangkat yang sudah tidak digunakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar